JANGAN MAU DIBOHONGI ISIS DAN HTI Oleh Prof Nadirsyah Hosen
29 Jul 2017 1151 views 1 Comment
SURABAYA
| duta.co – Tidak semua orang
memperhatikan Panji Rasulullah yang dikibarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
akhir-akhir ini. Tetapi tidak bagi Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons),
PhD, alias Gus Nadir. Rois Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New
Zealand serta Dosen Senior Monash Law School ini memberikan catatan menarik
tentang panji yang diklaim HTI sebagai bendera Nabi tersebut.
Seperti disampaikan Ketua HTI Kabupaten Trenggalek, dr
Fahrul Ulum, bahwa, kegiatan yang digelar HTI sebenarnya hanyalah edukasi ketauhidan
dengan mengingatkan sejarah keislaman di zaman Nabi Muhammad saw.
“Melalui kegiatan itu HTI
melakukan kirab Panji Rasulullah, yakni Panji Al-Liwa’ yang berwarna putih dan
Ar-Royah yang berwarna hitam. Dua panji ini selalu dibawa Rasulullah ke mana
pun pergi sebagai simbol perjuangan dan syiar yang dilakukan kala itu,” kata
Fahrul menjelaskan kepada antara melalui
sambungan telepon.
Tentang konsep khilafah, HTI sifatnya memberikan
tawaran. Logikanya sama seperti tawaran menggunakan listrik, berhemat dalam
pemaikaiannya dan sebagainya. Artinya dalam dinamikanya tawaran itu bisa saja
diterima atau ditolak, sehingga kami (HTI) mengedepankan dialog, katanya.
Nah, benarkah dua bendera Al-Liwa’ dan Ar-Rayah itu
yang selalu dibawa Rasulullah? Rayah adalah bendera berukuran lebih kecil, yang
diserahkan khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang, serta
komandan-komandan pasukan Islam lainnya.
Rayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang
yang membawanya adalah pemimpin perang. Liwa, (bendera negara) berwarna putih,
sedangkan rayah (panji-panji perang) berwarna hitam. Mereka meyakini pemahaman
itu melalui hadits riwayat Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah.
Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD,
alias Gus Nadir punya catatan menarik. Menurutnya, umat Islam jangan mau
dibohongi oleh ISIS dan HTI soal bendera ini. Keduanya, ISIS dan HTI sama-sama
mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan
Rayah-nya Rasulullah.
“Kalau klaim mereka itu benar,
kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya?” demikian
catatan Gus Nadir sebagaimana yang sampai kepada duta.co Sabtu (1/4/2017).
Menurut dosen tetap di Fakultas hukum Universitas di
Australia ini, secara umum hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasul
dan isi tulisannya, itu tidak berkualitas alias tidak sahih. Riwayatnya pun
berbeda-beda. Ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja. Ada juga
riwayat yang bilang hitam dan putih, bahkan ada yang kuning.
“Dalam sejarah Islam juga beda lagi. Ada yang bilang
Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai warna hitam, dan
pernah juga putih. Yang jelas dalam konteks bendera dan panji, Rasul
menggunakan sewaktu perang hanya untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh.
Bukan dipakai sebagai bendera negara,” jelasnya.
Jadi? Kalau ISIS dan HTI yang
setiap saat mengibarkan Liwa dan Rayah, apakah mereka mau perang terus? Kok ke
mana-mana mengibarkan bendera perang? “Kalau dianggap sebagai bendera negara
khilafah, kita ini NKRI, sudah punya bendera Merah Putih. Masak ada negara dalam negara? Kalau itu terjadi,
berarti makar!” tegasnya.
Lalu bagaimana status hadits soal bendera ini? Menurut
Gus Nadir, hadits riwayat Thabrani dan Abu Syeikh yang bilang bendera Rasul
hitam dan panjinya putih, itu dhaif. Riwayat Thabrani ini dhaif karena ada rawi
yang dianggap pembohong yaitu Ahmad bin Risydin. Bahkan kata Imam Dzahabi, dia
pemalsu hadits.
Lalu, riwayat Abu Syeikh dr Abu Hurairah itu juga
dhaif, karena kata Imam Bukhari, rawi yang namanya Muhammad bin Abi Humaid, itu
munkar. Kemudian riwayat Abu Syeikh dari Ibn Abbas haditsnya masuk kategori
hasan, bukan sahih. Riwayat lain bendera Rasul yang warnanya hitam atau putih
atau kuning atau merah, itu tidak ada tulisan apa-apa.
“Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat jaman
Rasul dulu beda dengan yang ada di bendera ISIS dan HTI. Jaman Rasul tulisan
Alquran belum ada titik dan khatnya, masih pra Islam yaitu khat kufi. Makanya,
meski mirip, bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kok bisa? Padahal sama-sama
mengklaim bendera Islam? Itu karena rekaan mereka saja,” tandas Gus Nadir.
Jadi, Tidak ada contoh otentik dan
sahih tentang bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan orang-orang ISIS dan
HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih. “Intinya, jangan mau dibohongi
sama bendera Islam-nya HTI dan ISIS. Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah
yang harus ditaati. Selesai,” pungkasnya. (mky)
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga Pengasuh PonPes Ma'had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim.
LINK NYA ADA DISINI
0 comments:
Post a Comment